karena dari mata turun ke kaki



membaca ima


Ini kedua kali nya saya menulis tentang ima. Yang pertama dulu di sebuah blog lama. Tidak kenal ima? Kami teman sekerja. Tidak ada yang spesial dari dia selama kami berhubungan. Dia tidak seperti teman-teman saya yang lain. Yang menyediakan sederetan gigi putih setiap hari nya, yang mengadu ini itu setiap shift nya, yang mengangkat kaki bersama sekedar menertawakan hal yang tidak lucu bagi orang lain, yang berbagi kabar cinta menye-menye, yang merasa hebat menyebut diri kami sahabat. Ima, bukan seperti sahabat saya yang lain.

O iya, dulu kami [saya dan ima] pernah sesekali bercerita tentang cinta, otomatis tentang laki-laki pula. Semua tentang kebrengsekan mereka. Tapi setelah itu, kami bahkan lupa kami berada dalam satu perusahaan yang sama. Ia sibuk mengapit buku-buku seperti tangannya terbuat dari besi saja, yang bagi saya lebih baik buku-buku itu saya lipat seadanya dalam tas besar untuk saya tenteng kesana kemari lebih mudah, melewati saya setiap pukul empat. Jadi hubungan kami sekedar sapaan dari dia,"mbak putri, pulang dulu", lalu saya jawab, "oke", atau "iya", atau terkadang hanya senyum saja.

Ima. Tidak juga merasa kehilangan jika beberapa lama tidak bertemu, mungkin reaksi maksimal ia akan sedikit berteriak "mbak!! lama ga ketemu!!", dan lagi-lagi dengan sombongnya akan saya balas dengan senyum saja. Tidak benar-benar rindu.

Banyak hal tidak membuat saya nyaman lama-lama duduk dengannya. Terkadang guyonan kami tidak nyambung, seperti lucu yang dipaksakan. Seperti jemuran setengah kering yang di angin-anginkan, memang kering tapi apek. Setengah-setengah saja. Tidak memuaskan.

Tapi kami tidak saling membenci. Meski begitu banyak perbedaan diantara kami. Misalnya, apa ya..oya, dia sangat mencintai tanda tidak boleh merokok. Ia beralasan kuat, dari hal kecil yang merugikan sampai soal pemanasan global. Tentunya berbeda dengan saya. Ia sangat mencintai angkatan bersenjata republik indonesia. Tentunya berbeda dengan saya. Ia anak manis yang terlihat rapi jali di setiap kesempatan. Tentunya berbeda dengan saya. Banyak hal. Yang membuat ia sangat perempuan, sedang saya hanya setengah, pula jadi-jadian. Tapi kami sama-sama menyukai warna merah muda. Hanya kebetulan.

Seperti biasa, beberapa waktu ini saya lupa ia ada, mungkin begitu pula ia. Sampai tadi siang ia memberi komentar di tulisan saya soal kelulusan, katanya ia sibuk mengurusi dirinya sendiri. Begitu pula saat ia menyalami saya, mencium pipi saya kanan dan kiri, ia mengatakan hal yang sama. Saya tersenyum. Saya tidak mau banyak bicara kepadanya, salah kalau takut, nantinya jadi hambar.

Selain sama-sama suka warna merah muda, kami juga suka menulis. Menulis apa saja. Dan saya menyukai tulisan ima. Sejak dulu, dari awal saya membaca tulisannya, sampai sekarang, ia masih penulis solilokui favorit saya.

Malam ini saya iseng membuka kumpulan tulisannya. tentunya di salah satu blog. Oya, kesamaan kami yang baru saya sadari, bahwa kami berdua suka menyia-nyiakan blog. Kami punya banyak akun. Dan biasanya tidak ada yang menjadi blog tetap, semuanya blog honorer. Blognya yang ini termasuk blog baru. Dulu ia bilang ini rumah baru [lagi-lagi]. Meski pada akhirnya ia malas menulisi. Malam ini blognya agak berubah. Ada yang di ubah. Ada yang di simpan kembali. Yang terbuka untuk umum hanya dua potong. Tapi tidak merubah perasaan saya yang selama bertahun-tahun ini kepada nya.

Membaca ima. Seperti merasakan musim pancaroba. Awal musim hujan dimana kembang-kembang malu bermekaran. Seperti melihat rumput-rumput liar yang tumbuh subur tanpa diminta, indah dan mengagetkan. Seperti jam dua siang tapi matahari malas datang, melihat awan-awan dari biru menjadi kelabu, ngelangut. Padahal alam yang menghanyutkan itu tidak menjelaskan maksudnya. Kita menginterpretasikannya sendiri. Semau kita. Semau saya. Sesuka saya. Padahal entah apa maksud ima.

Insial nama yang selalu ia sebut A sampai Z, para laki-laki berseragam yang mendongakkan kepalanya itu, membuat ima selalu mempunyai dongeng syahdu. Saya tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, yang saya tangkap adalah bahwa mereka memberi ima satu hal : penantian. Apa enaknya menunggu? baca ima. Cerita nya tentang perahu [atau kapal?], tentang tukang pos, tentang surat-surat, tentang senja, tentang kamboja, tentang bapak, tentang hijau, tentang menunggu. Anda akan tau jawabnya.

Bagi saya membaca ima hampir seperti bercermin. Dulu, membaca ima sama dengan membaca jogja, sama dengan membaca cinta, sama dengan membaca saya, sama dengan membaca nelangsa, sama dengan membaca bahagia. Sekarang bagi kami jogja tertinggal di ujung jalan, sedikit saja berbelok maka tidak akan kelihatan. Benang merah yang menghubungkan saya, romansa, dan ima terputus. Glek. Ia dengan ceritanya yang sekarang, dan saya dengan kekosongan absolut.

Malam ini saya kembali membaca ima. Ia menulis lagi. Setelah lama ia sibuk dengan diri sendiri. Saya terbangun dari kesibukan menghadapi ketidakpekaan perasaan. Ternyata saya bukan batu. Padahal kemarin saya pikir saya ini sudah mati rasa. Sekarang, membaca ima seperti membaca kerinduan. Saya rindu jatuh cinta. Saya rindu menangisi rasa. Saya rindu kepada rindu. Ima mengingatkan saya kalau hidup berarti bergerak. Seperti gasing, katanya. Ke kanan, ke kiri, lalu berhenti. Saya sedang berhenti, ma. Kemarin berputar-putar ke kanan dan ke kiri membuat saya pusing. Tapi kini setelah berhenti saya tidak tau bagaimana cara menggerakkan ke kanan dan ke kiri lagi. Kalau saya juga gasing, bukankah harus ada yang menggerakkan? saya tidak mau di gerakkan, saya ingin bergerak sendiri. Apa bisa? haruskah saya juga gasing? adakah analogi lain yang lebih independen?

Malam ini saya baca kamu, ma. Seperti kaki tertusuk paku. Terapi kejut. Baru saya sadari ternyata hampa itu tidak enak. Saya tidak tau harus marah atau berterimakasih.

Sebentar, jadi ini tentang Ima, Saya, Hubungan kami, atau tentang apa?

semarang,1 nopember 2007

Labels: ,

« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »

2 Comments:

At 11/02/2007 12:28:00 PM, Blogger ♥ ima ♥ said...

sayangku...sudah lama rasanya ngga merasakan kejutan, dan hari ini aku dapat dari kamu. berarti horoskopku di fs kemarin salah ya, it said 'none stands in your way anymore today' wah wah

cuma saja, aku ini memang aneh dan aku mengakui. aku ngga bisa terlihat care biarpun aku care. aku ngga bisa terlihat mencintai biarpun sebenarnya mencintai. dan kalau aku bilang, aku sebenarnya cinta kamu, tentu kamu akan takut dan mengira aku lesbi. hihihi [curhat session]

saat kamu bilang "ternyata aku introvert" di kupu-kupu kertas, hatiku bersorak dan mengatakan "wah ada teman" :D

sayangku...
makasih untuk keberadaanmu di dunia ini. untuk tulisan2 yang selalu berlebihan tentang aku. biarpun kita ngga deket2 amat, tapi biarlah seperti itu kalau memang dengan begitu kita bisa saling menatap dengan fokus yang terbaik. :)

salam sejahtera!!!

 
At 11/04/2007 09:26:00 PM, Anonymous Anonymous said...

hummmm....ini obrolan antara dua orang ya?

*keluar pelan2 sambil nutup pintu

 

Post a Comment