karena dari mata turun ke kaki



roadway


Kalau ga salah, pak prie pernah bilang bahwa jalan raya adalah penyebab stress manusia yang pertama. Saya pikir kok bener banget. Apalagi akhir-akhir ini, dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan motor roda dua, jalan raya menjadi semacam momok menakutkan. Apalagi kalau yang mengendarai tidak menghormati pengguna jalan yang lain.

Jadi begini, beberapa waktu terakhir ini saya tidak mengendarai motor. Selain karena memang tidak punya SIM [:blushing:] juga karena beberapa alasan yang tidak dapat saya sebutkan. Jika sesekali saya memang harus naek motor [halo pak polisi!], saya suka stress kalau harus turun ke jalan kayak gitu. Deg-degan. Shock. Kaget. Miris. Kenapa? karena pemakai sepeda motor sekarang ga punya tata krama. Ugal-ugalan, tidak menghormati orang lain, tidak mematuhi peraturan, suka menyepelakan hal-hal kecil yang sesungguhnya sangatlah penting, misalnya tidak memberi tanda jika ingin membelok arah, suka menyelip serampangan. Huhhhh. Mereka ini yang biasanya berkendara dengan cara rimba kebanyakan dari jenis kelamin laki-laki, usia sekitar 18-28 tahun. Sedang kan yang naik sepeda motor dengan tingkat menjengkel kan yang tinggi lain misal nya jalan pelan banget tapi ga mau di pinggir, lenggang kangkung aja di tengah jalan gitu, atau kalau pas mau belok arah merasa bimbang dan ragu-ragu jadi membikin orang lain yang berada di arah berlawanan/ di belakang beliau-beliau merasa terganggu juga, berasal dari jenis kelamin perempuan, baik mbak² dan ibu² atau kadang bapak² diatas usia 40 tahun.

Jangan berharap terlalu banyak pada polisi lalu lintas untuk pemberian pelajaran pada masyarakat tentang penggunaan jalan raya bersama secara aman nyaman dan menyenangkan. Soalnya yang pakdhe² polisi itu programkan cuma sekitar sosialisasi perlengkapan kendaraan sesuai standar. Kalau di semarang nih ye lagi gencar bulan tertib lalu lintas. Penggunaan dua spion cupu kanan kiri. Kalau soal anak-anak culun naek motor belok ga pake tanda? duh mana dipeduliin? padahal kecelakaan terjadi bukan karena penggunaan dua spion atau nyalain lampu siang hari bolong, tapi karena terbiasanya pengguna kendaraan ugal-ugalan dalam berkendara. seperti misal UU 3/1965, lalu lintas dan angkutan jalan raya, BAB II. ketentuan² untuk pemekai jalan.Pasal 2.

(1) Dilarang mempergunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi, membahayakan kebebasan atau keamanan lalu-lintas, atau yang mungkin menimbulkan kerusakan pada jalan itu.
(2) Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan ketentuan-ketentuan umum mengenai lalu-lintas jalan yang harus memuat tentang: a.berjalan dan berhenti, meminggir, penerangan dan memberi isyarat-isyarat peringatan; b.mengizinkan hewan berada di jalan.

Coba? mana para gondrong ndeso itu tau? Mereka ngertinya nyelip kanan kiri bikin orang dapet terapi kejut aja.

Saya ga punya SIM. Jadi saya nggak tau gimana prosedur seseorang boleh mempunyai surat ijin mengendarai kendaraan bermotor. Apakah hanya mengerti tentang rambu-rambu lalu lintas saja, atau ada juga aturan mengenai bagaimana bersikap dengan baik dan benar dalam jalan raya yang notabene milik umum. Soalnya kalau mereka punya pemahaman tentang menghormati pengguna jalan yang lain ah betapa indah dunia ini. Tapi dengan banyaknya pembuatan SIM tembak, o, pasti orang ga sempet di kasih pelajaran.

Sekarang, di hampir setiap perempatan atau pertigaan jalan raya di semarang ada pos polisi. tapi nggak semuanya ada yang jaga. saya ga paham gimana cara menyebarnya mereka ini. kalau di pos polisi bangkong, mereka selalu terlihat bergerombol, polisi disana terkenal galak. cuma ngelanggar garis marka aja udah di semprit. di semprit doang sih gapapa, tapi isi dompet keluar juga, minimal dua puluh rebu. beda sama yang di pos polisi arah halmahera. disitu tuh ada rambu di larang belok. tapi berhubung nggak ada pak polisi di pos jaga jadinya orang-orang dengan leluasa belok seenaknya sendiri. tertib dan takut kalau ada yang lihat, tanya kenapa. padahal yangbelok itu juga ngeganggu yang dari arah milo ke pedurungan. nah lo. dimana andil mister polisi kalau ada apa²?

selain masalah diatas, saya juga lagi terganggu soal masalah lampu merah yang ada menitan nya, apa sih istilah keren nya? pokoknya itu lah. di jogja, hampir tiap perempatan ada menit penanda peralihan lampu. jadi nya pengendara kendaraan bermotor bisa nyaman ketika lewat lampu merah-ijo-kuning. nggak kayak di semarang, perempatan yang ada menit nya bisa diitung dengan jari. saya tau cuma di sekitar tugu muda doang. padahal banyak juga perempatan besar yang butuh, misal daerah bangkong. apalagi dengan karakter orang semarang yang grusa-grusu pengen menang sendiri, naek motor kalau lewat perempatan jalan cenderung bikin deg-degan. kalau lampunya ijo kita seperti di kejar-kejar buat ngebut, takut tiba-tiba kuning. kalau kuning sini juga bingung, terus maju ntar ketabrak lampu merah alhasil di semprit pak polisi, kalau pelan-pelan kena seruduk dari belakang. dilema. tuh buktinya knalpot motor saya peyok belakang kena kasus kayak gitu.

nah jadi begitulah. saya sekarang seringkali milih naek angkutan umum daripada naek motor. berhubung saya ndak punya mobil je. tapi naek angkutan umum pun belum tentu jaminan selamat. karena sopir angkot/taxi sekarang juga mikir setoran doang, ga mikir gimana cara bawa penumpang dengan sehat.

berjejalan dengan komunitas yang kurang ngerti gimana pake jalan raya bareng-bareng, asap knalpot bis kota yang menghitam, udara panas, global warming, Arghhhhhh.

God, I dreamed I could fly, Out in the blue, Over this town, Following you, Over the trees, Subways and cars...i try to find out who you really are..who you really are..

Labels: , ,

« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »

6 Comments:

At 12/02/2007 04:02:00 PM, Anonymous Anonymous said...

berdasarkan pengalaman jalan bareng dua malam, saya nyaranin:
1. mulailah kedisiplinan di jalan raya dari diri sendiri. pejalan kaki, jalannya di trotoar
2. berjalan di sebelah kiri
3. nyebrang di penyeberangan jalan, seperti pada foto itu.
soal global warming: yak, sebaiknya jalan kaki aja. tapi kalo jauh, naik angkutan umum, dong. jangan kendaraan pribadi :p

 
At 12/03/2007 12:07:00 AM, Anonymous Anonymous said...

haduh, banyak sekali point yg kau tulis, jadi bingung komen yg mana...

hmm blm punya SIM yah.. ayo bikin, trus dishare prosedur-nya yg tanpa nembak :D

 
At 12/03/2007 08:39:00 AM, Anonymous Anonymous said...

gak punya SIM kok naik motor? nekaaatttt.....

*venus*

 
At 12/03/2007 04:04:00 PM, Anonymous Anonymous said...

taktemenin ga punya SIM-nya put..hehe..

 
At 12/04/2007 12:12:00 PM, Anonymous Anonymous said...

apaa !!??
jadi pas boncengan berdua tengah malam ke pedurungan pake nyasar segala itu kamu ga ada sim ????

 
At 12/04/2007 03:33:00 PM, Blogger escoret said...

ceritanya muter2....!!
smpe aku bingung..!!!

klo ga pnya SIM..ya mboceng put...cuman..yg mau bocengin kamu siapa.>???

*eh,harrie mau ding ya *

 

Post a Comment