karena dari mata turun ke kaki



Perempuan yang mencintai Laki-laki yang....


susahnya menjadi orang yang melestarikan perasaan*

Malam tidak hujan. Sudah tiga minggu hujan tidak turun. Tapi aku tidak perlu hujan untuk bisa mengingatmu. Hujan, tidak hujan, siang, panas atau berawan, malam, dengan atau tanpa bintang, aku selalu mengingatmu. Mengingat bahwa hati yang ku berikan padamu seperti satu kloter hujan di musim hujan. Hati ku mengantri [kalau tidak boleh ku sebut : berebutan] diantara sekian banyak hati lain yang menunggu sambut mu. Adakah lagi artinya?

Jadi tak perlu menunggu hujan reda untuk menemui mu malam itu. Ku sambar selendang sambil mendendangkan reffrain lagu patah hati. Ku bisikkan pada angin malam tolong katakan padanya, aku akan datang, dengan dua gelas kopi dan sebungkus tembakau gulung. Sang angin pun berkejaran dengan waktu, agar ia bisa duluan menyampaikan pesanku. "biar kopi mu tidak dingin, biar hati mu juga masih hangat ketika kau bertemu dengannya!!" teriaknya. Aku tersenyum kecut, selalu ku hangatkan hati ku, angin, untuknya.

Lalu kami bertemu. Di sebuah bangku kayu di pinggir taman di sudut kota. Sepeti biasa Ia kecup keningku, sebelum menerima gelas kopi dan bungkus tembakau yang ku sodorkan.

"Sayang, minggu lalu kantorku begini....."

Segera ku siapkan sebuah tong sampah untuk menampung ceritanya. Aku bahkan tidak mendengar apa saja yang ia curah kan, aku terlalu sibuk menjumputi ceceran kata-kata, ku simpan dalam tong sampah ku. Agar bisa ku baca, dengar, dan jilati lagi sesampainya aku di rumah nanti. Sebagai pengganti hadirnya.

Pukul lima pagi, dua gelas kopi yang ia habiskan sendiri, juga sebuah tong sampah penuh dengan dongeng, mengantarnya pergi, dia bilang hari mulai pagi. Ku antar ia dengan tatap nanar, aku bahagia sekali. Meski tak ia sempatkan bertanya bagaimana kabarku.

Seminggu lagi akan kami ulangi episode seperti ini. Karena enam hari setelah malamku ia akan bagi dirinya untuk enam perempuan lain. Ada yang sepertiku, membawa segelas kopi-tapi tanpa gula dan krim- dan tembakau gulung, ada yang memakai kerudung putih bunga-bunga, ada yang selalu rapi menyisir poni, juga yang lain yang tidak ku tau rupanya. Aku harus berbagi. Agar mendapat ijin untuk tetap bisa mencintai.

**
Malam ini gerimis. Mungkin langit terlalu lama memendamnya sendirian, mungkin saat nya semua tertumpahkan. Gerimis, rahasia langit. Akankah rahasia langit lain kali ini juga turun bersamaan larik-larik air?

Seperti biasa ku sambar selendang hitam, ku buka payung berwarna biru muda dan ku tenteng dua gelas kopi, tanpa sebungkus tembakau, lagi kere isi saku ku. Masih ku dendangkan reffrain lagu yang sama yang selalu ada di kepalaku bila aku ingat ia, lagu cinta yang remuk. Aku berangkat menjemput sedikit nafas diantara sesak nya kesendirian ku. Ia.

Sampai di bangku kayu di pinggir taman di sudut kota aku ternganga. Disana berdiri enam perempuan yang mencuri enam hari lain dari ku. Mencuri enam kali kesempatan memulung cerita nya. Ada yang seperti ku, membawa dua gelas kopi dengan masih sebungkus tembakau, serta payung di tangan kiri. Ada yang memakai kerudung putih bunga-bunga, ada yang rajin menyisir poni, ada yang suka menggigit kuku, ada seorang perempuan reporter, dan seorang gadis manis membawa kitab suci. Mereka tidak membawa apa-apa, hanya saja masing-masing berpayung biru muda. Warna kesukaannya.

Lalu Ia datang, mengecup kening kami satu persatu [aih, kau tau, sangat tidak menyenangkan menggunakan kata kami].
"Sayang, minggu lalu kantorku begini....."
Tapi tidak satu pun dari kami yang ber-inisiatif mengambil kata-kata nya yang tercecer. Kemarahan yang sangat memang mudah di kendalikan dalam diam. Ku minum sendiri kopi ku, toh Ia sudah cukup menghabiskan dua gelas kopi perempuan lain.

Baru pukul satu Ia tiba-tiba henti bercerita. Pada kami semua Ia bilang akan kawin. Kami tidak terkejut, hanya hati ku saja yang tiba-tiba kencang berdegup. Ia bilang "Apa jadinya bila terlalu banyak memberi hati?" Seperti menggarami lautan? Seperti menyiram tanaman di musim hujan? Seperti Ia yang ingin kawin tapi dengan tak satu pun diantara kami, tujuh perempuan yang berbagi perasaan?

Aku kawin malam ini, katanya. Maka jadilah pengiring ku, wahai kekasih-kekasih gelap ku. Seperti se-batalyon prajurit menuruti perintah komandan, kami berbaris dua-dua di belakangnya. yang berjalan pelan menuju kolam. Huh, ternyata begini saja akhirnya, gumamku.

Sesampai di tepi kolam lelaki itu berbalik, tersenyum. Inilah pengantinku, katanya sambil telunjuknya mengarah kepada air dalam kolam. Kami mengerutkan kening dan bertanya-tanya [dalam hati tentunya, karena dari tadi tak ada satu pun dari kami yang saling bicara, tak saling menyapa]. Aku kawin, katanya. Sekarang. Dengan pengantinku. Di dalam kolam.

Dan terjun lah ia ke dalam kolam. Kami tidak berteriak histeris, kami hanya berebut berlarian menuju tempat ia terjun tadi. Laki-laki itu ternyata menikahi bayangannya sendiri, yang ia lihat dari tepi kolam tempat ia berdiri.

Tinggalah kami, menunduk tanpa daya, ingin segera pulang dan bernyanyi lagu patah hati. Memang susah menjadi orang yang melestarikan perasaan. Tapi adakah yang lebih menyakitkan daripada mencintai laki-laki yang mencintai dirinya sendiri?



picture
* quote from a friend

Labels:

« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »

9 Comments:

At 9/21/2007 01:09:00 AM, Blogger A. Mommo said...

wah,, bahasanya asyik banget

 
At 9/21/2007 01:07:00 PM, Blogger Unknown said...

pemilihan kata2 yang bagus..
situ penulis ya?

 
At 9/21/2007 05:08:00 PM, Blogger Puput said...

@Mommo : masak sih? saya masih harus belajar, makasih :)
@ May's : makasih may, saya kan mmg penulis blog, situ juga kan? ^^

 
At 9/21/2007 09:20:00 PM, Anonymous Anonymous said...

hahaha....sepertinya saya mengenali kisah ini. Sayangnya ini dibikin terlalu bagus put, mana bisa dia ngerti?
atau saya yg salah mengerti?

 
At 9/21/2007 09:29:00 PM, Blogger Puput said...

@ mbak yati : Hahahaha
*ga tau nanggepi gmn*

 
At 9/24/2007 08:35:00 AM, Anonymous Anonymous said...

sodariku...
sudahlah, lelaki itu tak hanya satu...

 
At 9/24/2007 03:46:00 PM, Anonymous Anonymous said...

@ ari : lho? HAH? apaan?

 
At 9/25/2007 03:51:00 PM, Blogger escoret said...

wah,habis minum baygon ya put..???
patensss..ck..ck..ck...

hebat put..!!!!

 
At 9/25/2007 03:53:00 PM, Blogger Puput said...

@ eskopret : hok-o, ngombe baygon ndhono ^__^

 

Post a Comment