kepada lupakan saja
Waktu kau menutup pintu besar itu ingin sekali aku mengantar mu, ketika kau berbalik menengok lagi, ingin aku berlari mengejar mu, memelukmu, atau apalah, agar aku bisa tunjukkan bahwa aku kehilangan.
Bagus, kau membuat ku merasakan perasaan ini lagi. Sudah ku lupa bagaimana rasanya sejak kau bilang seharusnya kita belajar menjadi bebal, wahai pijar lautan. Seperti ada lubang di dalam hati, lubang yang dengan sombongnya melebar hingga tak kusadari bahwa lubang itu adalah lubang, lalu kosong, karena keseluruhan menjadi lubang, hingga tepi tergeser dan akhirnya tiada. lalu lubang, lalu keseluruhan lubang. aku merindumu seketika saat kau bilang waktunya berpamitan. aku merindumu sedetik ku lihat kau menghilang di balik tikungan.
Kau perempuan besar yang mengajari ku untuk bisa menjadi besar agar tidak terdesak diantara orang besar di dalam dunia yang kian besar, aku selalu hilang kata bila harus bercerita tentangmu. tentang tiga tulisanmu untukku yang ku simpan rapi dalam draft email. yang selalu ku baca lagi ketika aku rindu kamu, rindu pada omong kosong, rindu pada petuah, nasehat, kesakitan, nostalgia, roman picisan, rindu pembicaraan tanpa arah lewat komen dengan mbalmbul, rindu pada rindu bagaimana anyir darah terlihat indah jika tersampaikan dari bibirmu.
sungguh, aku hilang kata karena ku coba menyamaimu bercerita.
aku sungguh kehilangan kamu.
lupakan saja.Bagus, kau membuat ku merasakan perasaan ini lagi. Sudah ku lupa bagaimana rasanya sejak kau bilang seharusnya kita belajar menjadi bebal, wahai pijar lautan. Seperti ada lubang di dalam hati, lubang yang dengan sombongnya melebar hingga tak kusadari bahwa lubang itu adalah lubang, lalu kosong, karena keseluruhan menjadi lubang, hingga tepi tergeser dan akhirnya tiada. lalu lubang, lalu keseluruhan lubang. aku merindumu seketika saat kau bilang waktunya berpamitan. aku merindumu sedetik ku lihat kau menghilang di balik tikungan.
Kau perempuan besar yang mengajari ku untuk bisa menjadi besar agar tidak terdesak diantara orang besar di dalam dunia yang kian besar, aku selalu hilang kata bila harus bercerita tentangmu. tentang tiga tulisanmu untukku yang ku simpan rapi dalam draft email. yang selalu ku baca lagi ketika aku rindu kamu, rindu pada omong kosong, rindu pada petuah, nasehat, kesakitan, nostalgia, roman picisan, rindu pembicaraan tanpa arah lewat komen dengan mbalmbul, rindu pada rindu bagaimana anyir darah terlihat indah jika tersampaikan dari bibirmu.
sungguh, aku hilang kata karena ku coba menyamaimu bercerita.
aku sungguh kehilangan kamu.
Labels: inside my mind, life, teman*temin, wound
1 Comments:
hmmm... ketika sebuah perpisahan terjadi pasti rasa untuk merindukan dan kehilangan akan semakin besar.
namun semua itu pasti dan pasti terjadi...
Post a Comment