karena dari mata turun ke kaki



kepada Heran


di situ
di sudut biru ketika kami terduduk menjatuhkan pantat dengan keras sampai meringis menggesek-gesekkan tangan karena pantat terasa panas
kau bilang kau ada

di situ
di mistar panjang tempat kami berlarian mengejar dan di kejar berguling tertatih meremas sendiri kemudian menambal lubang serta sibuk mencoba topeng yang sekira nya pas untuk dikenakan agar baik-baik saja
kau bilang kau ada

di situ
di belah cermin kami menyisir hati dengan air mata serta mengutuki setiap jengkal ketombe debu kutu borok nanah penyesalan rindu logika serta kenyataan yang tidak pernah berpihak
kau bilang AKAN SELALU ada

berbagi, katamu. membagi, katamu. terbagi, katamu. dibagi, katamu. bagian. kau dan aku. kau dan dia. kami. kita.

dan disini
di saat biru menjelma abu-abu kau bilang cinta adalah bahan tertawaan
dan disini
di saat mistar terpatah kau bilang banyak yang lain alat untuk ukuran
dan disini
di saat cermin terkeping kau bilang memang untuk apa? ada apa? kenapa? siapa butuh cermin?

dan sekarang
begitu gampang

kami heran


dr sini gmbrnya

Labels: , , ,

« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »

2 Comments:

At 8/28/2007 05:22:00 PM, Anonymous Anonymous said...

hati2....kebanyakan bengong karena 'heran', bisa bikin sakit jiwa!

 
At 9/04/2007 09:12:00 PM, Blogger Falahuddin Qudsi said...

Wah, puisinya ckup menggugah mendekati cara2 bersastra Ayu Utami, keep writing 'n Succes for you...

 

Post a Comment