age doesnt mean maturity
gara-gara punya kartu Ezy, sekarang saia suka liat film lama. asyik sih. semalam baru kelar nonton freaky friday (muncul taon 2003 dan saia nontonnya 2007 haha, basi!madingnya dah terbit!), lindsay lohan sama jamie lee curtis. kocak. actually masih kurang sih greget nya, but it's not too bad lah :-j *gayane
tiap pelm pasti bawa sebuah pesan. yang saya tangkep, freaky friday membawa misi (huuu, ngeri) tentang sebuah "sikap pengertian". knowing someone we love's life deeply. nggak cuma suka nyela apa yang orang lain udah kerjain. apalagi itu orang yang deket sama kita, bahkan yang ngelakuin semua hal buat kita.
dalam freaky friday, bagi si ibu, emang susah buat ngertiin dunia remaja, dunia anaknya, si anna. dy pikir semua hal segampang yang dy pikir. padahal kenyataannya, duh dunia remaja adalah neraka (i was there!!!), kek judul pelm : if u are 17th, everyday is war. huhhh, ngeri, but it's true(again, i was there!!!).
sedang saia, setelah melewati masa pake seragam itu tiba lah pada suatu waktu dimana panggilan "mbak" memang sudah sepantasnya saya sandang [tahap sebelum dipanggil "tante"]. *sikap semedi. dan itu beban berat lho, serius, apalagi oleh dan dari anak-anak dibawah umur saia. seolah dengan predikat lebih tua ini saya dituntut menjadi lebih dewasa daripada mereka. hah, padahal aselinya, duh...parah. selain itu setiap perkataan berkewajiban pula menjadi lebih bijak. jadi kalau ada adek tingkat nanya "menurut mbak putri?", wuih wes to, harus menjadi sok bijak, pilih pilih pikir pikir [ kataa cintaaa] kata-kata mana yang patut di ucapken. huuufff.
jadi begini, once upon a time, saia kenal seorang cewek muda kelas 2 sma. huh? who's that girl?[lalalalalalalal], dia itu mantan cewek nya temen saia dulu. saia panggil dy : Vi. awalnya dy hubungi saia karena cm pengen korek tentang mantannya. lama-lama dy malah lebih deket sama saia, fyi saia sudah lost contact sama temen saia yang ba**sa* itu. ternyata, her teenage moment sangat berat buat dy, secara ortunya over protectif(ed?), sahabat-sahabatnya yang suka mikirin diri mereka sendiri, belum lagi masalah sama pacarnya yang baru. she told me she wanted to kill her self to make it all better. duh, Vi, that's not the right way out.saia suka bingung gimana cara ngomong sama dia, kalau ngomong agak berat dikit dy ga ngerti, ntar tanya : maksudnya apa c mbak?. pufff. padahal she really needs a shoulder to cry on. saia suka sedih kalau dy OL. pasti ada aja yang dijadiin keluhan. tugas kelompok tapi temen kelompoknya individual, badan sakit butuh istirahat tapi ortunya nggak mau tau dan tetep nyuruh dy buat les ini itu, dsb dsb dsb. dy selalu nanya apa yang harus dy lakukan, apa yang harus dy perbuat, what is she supposed to do. uh, Vi..kalau aku di posisi kamu, aku juga tau. :(
saia mikirin kamu sebenernya, Vi. but i dont know what to do even what to say. coba kamu di deket saia, pasti sudah saia ajak minum kopi&sedikit tembakau [sedikit saja, mungkin juga cuma sekali itu], jalan ke pantai, liat film, atau kemana lah kita, to make it better. susah juga, karena saia ga bisa kasih good advice.
saia jadi ngeh waktu liat anna di freaky friday, orang lain liat hidup anna nggak separah kelihatannya, padahal asli parah. dia dikerjain abis-abisan ma rival nya, bahkan hampir tiap hari dia ngelakuin stupid things juist like a fool idiot gitu deh, mana sering di hukum lagi sama guru yang sentimen ma dia cuma gara-gara dulu ibu anna pernah nolak sang guru waktu diajak ke promp night. argh, what a life! saia jadi khawatir sama Vi, seberapa parah sih hidupnya Vi, jangan-jangan memang parah. as worse as annas. *keluh
padahal saia juga nggak se-dewasa yang di bayangin Vi. tapi i really wanna know her life. haruskah kami bertukar tempat? oh NO!
tiap pelm pasti bawa sebuah pesan. yang saya tangkep, freaky friday membawa misi (huuu, ngeri) tentang sebuah "sikap pengertian". knowing someone we love's life deeply. nggak cuma suka nyela apa yang orang lain udah kerjain. apalagi itu orang yang deket sama kita, bahkan yang ngelakuin semua hal buat kita.
dalam freaky friday, bagi si ibu, emang susah buat ngertiin dunia remaja, dunia anaknya, si anna. dy pikir semua hal segampang yang dy pikir. padahal kenyataannya, duh dunia remaja adalah neraka (i was there!!!), kek judul pelm : if u are 17th, everyday is war. huhhh, ngeri, but it's true(again, i was there!!!).
sedang saia, setelah melewati masa pake seragam itu tiba lah pada suatu waktu dimana panggilan "mbak" memang sudah sepantasnya saya sandang [tahap sebelum dipanggil "tante"]. *sikap semedi. dan itu beban berat lho, serius, apalagi oleh dan dari anak-anak dibawah umur saia. seolah dengan predikat lebih tua ini saya dituntut menjadi lebih dewasa daripada mereka. hah, padahal aselinya, duh...parah. selain itu setiap perkataan berkewajiban pula menjadi lebih bijak. jadi kalau ada adek tingkat nanya "menurut mbak putri?", wuih wes to, harus menjadi sok bijak, pilih pilih pikir pikir [ kataa cintaaa] kata-kata mana yang patut di ucapken. huuufff.
jadi begini, once upon a time, saia kenal seorang cewek muda kelas 2 sma. huh? who's that girl?[lalalalalalalal], dia itu mantan cewek nya temen saia dulu. saia panggil dy : Vi. awalnya dy hubungi saia karena cm pengen korek tentang mantannya. lama-lama dy malah lebih deket sama saia, fyi saia sudah lost contact sama temen saia yang ba**sa* itu. ternyata, her teenage moment sangat berat buat dy, secara ortunya over protectif(ed?), sahabat-sahabatnya yang suka mikirin diri mereka sendiri, belum lagi masalah sama pacarnya yang baru. she told me she wanted to kill her self to make it all better. duh, Vi, that's not the right way out.saia suka bingung gimana cara ngomong sama dia, kalau ngomong agak berat dikit dy ga ngerti, ntar tanya : maksudnya apa c mbak?. pufff. padahal she really needs a shoulder to cry on. saia suka sedih kalau dy OL. pasti ada aja yang dijadiin keluhan. tugas kelompok tapi temen kelompoknya individual, badan sakit butuh istirahat tapi ortunya nggak mau tau dan tetep nyuruh dy buat les ini itu, dsb dsb dsb. dy selalu nanya apa yang harus dy lakukan, apa yang harus dy perbuat, what is she supposed to do. uh, Vi..kalau aku di posisi kamu, aku juga tau. :(
saia mikirin kamu sebenernya, Vi. but i dont know what to do even what to say. coba kamu di deket saia, pasti sudah saia ajak minum kopi&sedikit tembakau [sedikit saja, mungkin juga cuma sekali itu], jalan ke pantai, liat film, atau kemana lah kita, to make it better. susah juga, karena saia ga bisa kasih good advice.
saia jadi ngeh waktu liat anna di freaky friday, orang lain liat hidup anna nggak separah kelihatannya, padahal asli parah. dia dikerjain abis-abisan ma rival nya, bahkan hampir tiap hari dia ngelakuin stupid things juist like a fool idiot gitu deh, mana sering di hukum lagi sama guru yang sentimen ma dia cuma gara-gara dulu ibu anna pernah nolak sang guru waktu diajak ke promp night. argh, what a life! saia jadi khawatir sama Vi, seberapa parah sih hidupnya Vi, jangan-jangan memang parah. as worse as annas. *keluh
padahal saia juga nggak se-dewasa yang di bayangin Vi. tapi i really wanna know her life. haruskah kami bertukar tempat? oh NO!
Labels: life
2 Comments:
berikan bahumu saat dia butuh tempat untuk menangis :)
iya, mam. i will :)
Post a Comment